Menjual perlengkapan petualangan

Minggu, 11 September 2011

Tips dan Trick Paralayang




Paralayang atau Paragliding adalah salah satu cabang olah-raga dirgantara yang cukup menantang dan menyenangkan. Setelah melakukan lompatan dari titik landasan pacu lalu terangkat dan melayang bebas hingga pada ketinggian 15.000 kaki, kita bisa menikmati hamparan pemandangan yang ada dibawah hingga jauh ke horizon. Ini membuat terbang dengan paralayang menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Paralayang merupakan bentuk dari penyempurnaan parasut untuk tujuan militer. Selain menggunakan landasan peluncuran di kawasan pegunungan, pengendara (pilot) dan unit paralayang bisa ditarik dengan menggunakan tali oleh kendaraan agar bisa membubung tinggi ke udara. Pilihan peluncuran dengan cara melompat dari tebing dan ditarik oleh kendaraan (mobil atau speedboat) membuat ada persamaan antara paralayang, glider (pesawat layang), dan terbang layang gantung (Gantole). Tapi ketiga jenis olah-raga dirgantara ini tentu saja punya perbedaan yang mendasar.
Selintas ada kemiripan antara paralayang dengan terjun payung, karena keduanya memang menggunakan parasut. Tapi parasut pada paralayang lebih berfungsi sebagai sayap. Dengan menggunakan paralayang kita bisa terbang melayang-layang selama berjam-jam, bisa menambah ketinggian dengan bantuan arus udara panas yang naik keatas. Karena hal ini, ada hal-hal yang harus dipahami dan dikuasai oleh seorang atlet paralayang tapi tidak dibutuhkan dalam olah-raga terjun payung.
Daerah pegunungan adalah tempat yang cocok untuk paralayang karena kontur permukaannya bisa menghasilkan arus udara naik yang dibutuhkan oleh paralayang untuk bisa membubung ke udara hingga pada ketinggian yang dianggap aman. Gaya angkat yang ditimbulkan oleh arus udara naik adalah cara yang umum digunakan oleh seorang atlet (pilot) paralayang agar penerbangan bisa lebih lama dan lebih menyenangkan. Tapi setelah akhir-akhir ini digunakan mesin propeller ringan pada paralayang, arus udara naik itu tidak terlalu dibutuhkan lagi.
Udara yang hangat dan cuaca yang cerah adalah kondisi yang ideal untuk paralayang. Ini terjadi ketika sinar matahari bisa memanaskan daratan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga udara di sekitar daerah tersebut suhunya menjadi meningkat. Udara panas menjadi lebih ringan sehingga mengalir ke atas dan bisa dimanfaatkan oleh para atlet untuk mengangkat kanopi paralayang naik ke udara. Arus udara seperti itu sering didapati pada kawasan dengan medan berwarna terang, atau daerah pegunungan yang banyak ditumbuhi pepohonan atau tanaman.

Komponen-komponen penting dalam olah-raga paralayang adalah unit parasut paralayang itu sendiri, pelana / harness (tempat duduk untuk pilot / atlet selama penerbangan), parasut cadangan, carabiner, helm, alat pengukur kecepatan, berbagai peralatan komunikasi dan navigasi seperti radio, GPS, altimeter, dan variometer. Perlengkapan tambahan seperti bantalan pelindung, cockpit, dan pakaian khusus bisa juga digunakan untuk membantu memaksimalkan kenyamanan dan keamanan penerbangan. Dengan catatan semua perlengkapan tambahan tersebut memiliki berat hanya berkisar antara 15 s/d 20 kg agar pilot (atlet paralayang) bisa tetap memiliki mobilitas yang dibutuhkan untuk bisa melakukan penerbangan sesuai rute dan lamanya waktu yang dikehendaki.
Sebuah unit parasut paralayang terdiri dari sayap, sistem tali-temali, riser, dan pelana (harness). Sayap pada paralayang adalah sebuah parasut yang berfungsi seperti kanopi dan terbuat dari dua lapisan yang dijahit menjadi satu dengan memberikan celah diantara kedua bahan tersebut. Celah diantara lapisan itu dilengkapi dengan rangka vertikal yang berfungsi untuk mempertahankan integritas struktur kanopi, dan dan diantara kerangka (frame) tersebut terdapat ruangan-ruangan (sel) yang berisi udara. Frame tersebut dilengkapi dengan semacam sistem ventilasi yang memungkinkan tekanan udara bisa merata untuk memberikan keseimbangan. Sistem ventilasi ini berada pada bagian depan dan tepi parasut paralayang. Sedangkan pada bagian belakang dan tepi trailing tetap dalam keadaan tertutup untuk menjebak udara di dalam sel.
Jarak antara kedua sayap parasut disebut sebagai rentang yang diproyeksikan sebagai jarak horizontal antara kedua ujung sayap yang sudah berisi udara. Jarak antara sisi (tepi) bagian depan dan tepi trailing disebut akord. Karena tidak memungkinkan untuk memberikan angka jarak yang pasti, pada umumnya digunakan ketentuan “akord rata-rata” atau panjang suatu akord antara ujung sayap dan titik tengahnya.
Hasil perkalian antara angka rentang sayap dan akord rata-rata merupakan proyeksi dari luas permukaan sayap. Ini menjadi spesifikasi standard yang digunakan untuk menggambarkan ukuran relatif pada kanopi (sayap parasut). Selama kurun waktu dua puluh tahun sejak kemunculan cabang olah-raga paralayang ini, sayap terus dikembangkan dalam ukuran relatif dengan bentuk datar atau bukan cembung. Spesifikasi sayap tergantung pada pabrik pembuatnya. Tapi harus sesuai dengan klasifikasi standard AFNOR Perancis. Namun demikian ada juga, meskipun tidak umum terjadi, penggemar paralayang yang memilih standard klasifikasi DHV Jerman. Penggunaan standard klasifikasi ini penting bagi para atlet paralayang (pilot) untuk menggunakan jenis-jenis sayap (parasut kanopi) sesuai dengan tingkat keterampilan dan jenis penerbangan yang dikuasainya.
Untuk penerbangan standard bagi atlet pemula, disarankan penggunaan sayap parasut yang lebih ringan, yang memang dirancang untuk kemudahan dalam manuver dan minimalisasi terjadinya keadaan emergency, misalnya resiko mengalami turbulensi. Parasut jenis ini hanya untuk penerbangan singkat. Untuk atlet yang sudah berpengalaman, mereka bisa menggunakan parasut kanopi dengan spesifikasi yang bisa digunakan dalam penerbangan yang lebih lama dan rute yang lebih jauh. Penerbangan seperti ini dikenal dengan sebutan penerbangan “cross country”.
Kapasitas sayap juga sebaiknya disesuaikan dengan berat badan atlet. Ukuran pada sayap biasanya diklasifikasikan dalam kategori kecil, menengah, dan besar. Pemilihan kategori sayap itu disesuaikan lagi dengan total berat tubuh atlet dan perlengkapan yang dibawanya. Logikanya, makin besar berat atlet dan perlengkapannya, maka dibutuhkan sayap yang lebih besar juga. Penyesuaian seperti itu penting dilakukan. Jika sayap terlalu kecil, maka penerbangan akan sulit dilakukan. Jika sayap terlalu besar akan membuat atlet (pilot) mengalami kesulitan untuk menguasai atau mengendalikan unit paralayang yang dikendarainya.

Pada umumnya sayap paralayang terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti polyster, Nylon, Mylar, atau bahan sintetis lainnya. Bahan-bahan itu digunakan karena memiliki keunggulan dalam berat, murah, kuat, dan tahan terhadap paparan sinar matahari (ultra violet). Sinar matahari dan kelembaban yang disebabkan oleh adanya air bisa membuat bahan parasut paralayang akan menjadi cepat rusak. Kalangan praktisi olah-raga paralayang sepakat bahwa bahan sayap (parasut) paralayang sebaiknya tidak digunakan setelah melebihi 300 jam terbang. Karena setelah batas waktu tersebut, bahan parasut sudah mengalami kerusakan dan berbahaya jika masih digunakan juga. Penyimpanan parasut dilakukan dengan hati-hati, untuk menjaga kinerja bahannya. Disarankan agar memilih bahan yang berwarna terang yang bisa memantulkan cahaya untuk mengurangi penyerapan sinar matahari yang memiliki potensi merusak pada bahan kanopi tersebut.
Tiga hingga empat baris tali yang terikat pada setiap ujung sayap harus sudah dipastikan mampu menahan berat atlet dan perlengkapan yang dibawanya dalam waktu yang lama. Sistem tali ini selain sebagai penahan juga berfungsi untuk mengendalikan paralayang, disebut juga sebagai “riser” dan digunakan untuk memanipulasi arah lateral paralayang, juga berfungsi untuk memperlambat gerakan turun paralayang yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi.
Semua atlet (pilot) paralayang yang berpengalaman dipastikan selalu menggunakan perlengkapan yang bisa menjamin keselamatan dirinya dalam penerbangan. Perlengkapan standard seperti helm dan parasut standard sangat penting digunakan, juga penggunaan radio komunikasi dan peralatan navigasi, yang sewaktu-waktu akan sangat berguna dalam keadaan darurat. Bahkan beberapa atlet juga membawa ponsel untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu radio komunikasi gagal berfungsi.
Juga sangat disarankan untuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung tambahan. Biasanya digunakan stelan pakaian yang bisa menahan terpaan angin dan bisa menjaga suhu tubuh tetap hangat. Pakaian dan perlengkapan pelindung atau keselamatan diri memang akan selalu dibutuhkan. Terutama pada penerbangan yang memakan waktu lama. Dan tentu saja untuk mengantisipasi terjadinya pendaratan darurat.
Selamat Terjun Gunung…..jangan lupa berdoa.
Bravo Paralayang!!

Persiapan mendaki gunung

Persiapan Bagi Seorang Pendaki Gunung
Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan antara lain:

1. Sifat mental.
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani, dalam arti kata sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

2. Pengetahuan dan Keterampilan
Meliputi pengetahuan tentang medan, cuaca, teknik-teknik pendakian pengetahuan tentang alat pendakian dan sebagainya.

3. Kondisi fisik yang memadai
Mendaki gunung termasuk olah raga yang berat, sehingga memerlukan kondisi fisik yang baik. Berhasil tidaknya suatu pendakian tergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap, kita harus selalu berlatih.

4. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku yang harus kita pegang dengan teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri bukanlah sikap yang terpuji, selain itu kita juga harus menghargai sikap dan pendapat masyarakat tentang kegiatan mendaki gunung yang selama ini kita lakukan.

Jumat, 26 Agustus 2011

Misteri Gunung Rinjani

Pada jaman dahulu tidak jauh dari pelabuhan Lembar, terdapat sebuah Kerajaan Taun yang diperintah oleh seorang Raja yang sangat bijaksana bernama Datu Taun bersama permaisurinya yang sangat cantik Dewi Mas.
Di bawah pemerintahan Raja Datu Tuan, kerajaan dalam keadaan aman, damai, dan tenteram. Namun meskipun demikian Raja kelihatan sering bersedih, hal ini dikarenakan beliau belum dikarunia seorang putera, sementara Raja dan Permaisuri sudah semakin bertambah tua.
Pada suatu hari Raja dan permaisuri duduk bercakap-cakap membicarakan masalah keluarga. Baginda mengemukakan bagaimana susahnya kelak karena tidak memiliki anak. Bersabdalah Datu Tuan “Adinda kanda ingin menyampaikan permintaan, ijinkanlah kakanda mengambil istri seorang lagi. Mudah-mudahan dengan demikian kita akan dikaruniai anak yang akan menggantikan pemerintahan kelak”
Setelah Sang Permaisuri menyetujui, maka Baginda Datu Tuan segera meminang seorang gadis cantik yang bernama Sunggar Tutul, puteri dari Patih Aur.
Semenjak itu perhatian Raja terhadap Dewi Mas berkurang, beliau lebih sering tinggal di istana isteri yang baru. Raja yang terkenal adil ini telah bertindak tidak adil terhadap permaisurinya. Meskipun demikian Dewi Mas tetap selalu sabar, dan karena kemurahan Yang Maha Kuasa maka Dewi Mas mengandung.
Berita tentang Dewi Mas mengandung ini tentu saja mengejutkan Sunggar tutul, ia takut Raja akan berpaling dari dirinya dan kembali ke Permaisuru Dewi Mas. Untuk itu dengan cara yang licik Sunggar Tutul menghasut Raja, bahwa kehamilan Dewi Mas diakibatkan oleh perbuatan serong dengan seorang yang bernama Lok Deos.
Murkalah Baginda Datu Tuan, maka Dewi Mas pun di usir dari istana dan dibuang ke sebuah gili. Dengan ditemani para pengiringnya Dewi Mas tinggal di gili, mereka membangun suatu pemukiman. Dewi Mas tetap tegar dalam menempuh kehidupan menuju hari depan.
Pada suatu ketika lewatlah sebuah kapal mendakati gili tersebut, seperti ada suatu kekuatan gaib sang Nakhoda kapal tersebut mengarahkan kapalnya ke gili, dan dari kejauhan dia melihat seorang wanita cantik yang bersinar. Nakhoda dan para awak kapalpun berlabuh dan mampir ke pondok Dewi Mas.
Setelah dijamu para penumpang kapal tersebut menanyakan kenapa Dewi Mas bisa tinggal di tempat tersebut, karena selama ini gili tersebut tidak berpenghuni. Dewi Mas pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Dewi Mas meminta Nakhoda dan awak kapal tersebut untuk mengantarkannya ke pulau Bali. Akhirnya Dewi Mas beserta para pengiringnya tinggal di Bali dan membangun pemukiman baru. Hari kelahiranpun tiba, Dewi Mas melahirkan dua anak kembar yang masing-masing disertai dengan keajaiban. Seorang bayi laki-laki lahir beserta sebilah keris, dan seorang lagi bayi perempuan lahir beserta anak panah. Bayi laki-laki ini diberi nama Raden Nuna Putra Janjak sedangkan bayi perempuan dinamakan Dewi Rinjani.
Kedua bayi tersebut tumbuh besar menjadi anak-anak yang lucu dan menarik. Namun pada suatu hari kedua anak tersebut menanyakan siapakah ayah mereka, karena selama ini mereka sering diejek teman-temannya karena tidak punya ayah.
Karena desakan kedua anaknya yang terus menerus, maka Dewi Mas pun menceritakan semua kisah yang dialaminya. Diceritakannya bahwa ayah mereka adalah seorang Raja di Lombok yang bernama Datu Taun, dirinya dibuang kesebuah gili karena difitnah oleh madunya Sunggar Tutul.
Raden Nuna Putra Janjak menjadi sangat marah dia memohon kepada ibunya agar diijinkan untuk menemui ayahnya ke Lombok. Karena terus didesak akhirnya Dewi Mas pun mengijinkan puteranya bersama para pengiring berlayar ke Lombok.
Sesampai di Lombok Raden Nuna Putra Janjak segera masuk ke istana namun di hadang oleh para penjaga. Pertarunganpun tak terelakkan, Raden Nuna Putra Janjak meskipun masih kecil namun dengan keris ditangan yang muncul bersamaan ketika ia lahir, sangatlah sakti dan tak tertandingi.
Banyak lawan yang tak berdaya hingga Baginda Datu Taun harus turun bertanding. Pertarungan yang serupun terjadilah, mereka saling menghujamkan kerisnya. Mereka berdua sama kuat, keris masing-masing tidak dapat saling melukai. Tiba-tiba terdengarlah suara gaib dari angkasa ” Hai Danu taun, jangan kau aniaya anak itu. Anak itu adalah anak kandungmu sendiri dari istrimu Dewi Mas”.
Setelah mendengar suara itu , ia amat menyesal maka dipeluknya Raden Nuna Putra Janjak. Setelah mendengar cerita dari Raden Nuna Putra Janjak , maka Baginda Datu Tuan segera menjemput permaisuri ke Bali. Seluruh istana dan penduduk Taun bersuka cita, Dewi Mas tidak menaruh dendam sama sekali kepada Sunggar Tutul, mereka semua hidup damai dan tenteram.
Raden Nuna Putra Janjak tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda yang sangat tampan dan bijaksana. Baginda Datu Taun sudah semakin tua dan akhirnya menyerahkan tahta kerajaan kepada puteranya.
Sesudah puteranya naik tahta Baginda Datu Taun kemudian menyepi di gunung diiringi putrinya Dewi Rinjani. Di puncak gunung itulah baginda dan puterinya bertapa bersemedi memuja Yang Maha Kuasa.
Di puncak gunung ini Dewi Rinjani diangkat oleh para Jin dan mahluk halus menjadi Ratu. Dan sejak saat itulah gunung yang tinggi di pulau Lombok tersebut dinamakan Gunung Rinjani.

Selasa, 23 Agustus 2011

Polhut Tangkap Enam Pemburu Satwa

27.1.11Hits 856 views|KegiatanCetak
Jurnal Bogor, 26 January 2011 , Rubrik: Jurnal Sukabumi
Sukabumi - Enam pemburu satwa diciduk tim Polisi Hutan (Polhut) di kawasan konservasi Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Selabintana Desa Perbawati Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Selasa (25/1) kemarin. Mereka ditangkap setelah Pohut TNGGP mendapat informasi dari masyarakat di pinggiran hutan.
Saat ditangkap sejumlah pemburu sempat meloloskan diri. Mereka lari dari kejaran petugas hingga terjadi kejar-kejaran. Karena kesigapan para anggota Polhut akhirnya para pemburu itu bertekuk lutut. Dalam penangkapan ini, petugas mengamanakan barang bukti berupa satu unit senjata api (senpi) dan senjata tajam (sajam) jenis golok.
Sejumlah adegan dalam aksi penangkapan enam pemburu satwa ini memang bukan terjadi sebenarnya. Hal itu hanya sebuah rangkaian skenario dalam simulasi Satuan Tugas (Satgas) Pohut dalam kegiatan Penyegaran Polhut Balai Besar TNGGP yang digelar di Kawasan Ekowisata Baru Halimun Sukabumi, Selasa (25/1) kemarin. Kegiatan simulasi rencananya akan berakhir Rabu (26/1) hari ini.
Kepala Bidang Teknis Konservasi, Indra Exploitasia menjelaskan kegiatan ini merupakan rutin dilaksanakan sebagai salah satu media untuk berlatih dan praktik para anggota Polhut. Karena Polhut mempunyai peranan penting dalam pengamanan dan perlindungan hutan.
”Penyegaran ini tentunya punya tujuan diantaranya agar para anggota Polhut supaya terus bersemangat dan profesional dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi),” jelas Indra kepada Jurnal Bogor disela-sela kegiatan, Selasa kemarin.
Menurut Indra dengan penyegaran ini juga diharapkan anggota Polhut dapat terus mengasah kemampuan dan keterampilannya. Karena dalam penyegaran ini juga dilakukan latihan atau simulasi yang sudah menjadi bagian dari tufoksi.
”Kami juga menghadirkan para nara sumber lainnya seperti dari kejaksaan, dan Kepolisian. Juga melakukan simulasi dalam penanganan setiap perkara, mulai penyergapan hingga penyidikannya,” ujar Indra seraya mengatakan pada intinya Polhut TNGGP siap melaksanakan tupoksinya.

Selasa, 16 Agustus 2011

Tips merawat raincoat (jas hujan)


Tips Merawat Jas Hujan[/COLOR]

[Quote=][B]Bila habis kehujanan, biasanya yang jadi fokus perhatian utama bikers adalah si roda dua. Nah, jarang yang memperhatikan perawatan rain coat atau jas hujan. Padahal atribut yang satu itu sangat dibutuhkan di musim penghujan. Lalu, bagaimana perawatannya agar rain coat atau jas hujan tetap awet? Berikut tipsnya!

     1. Pastikan untuk selalu mengeringkan atau mengangin-anginkannya jas hujan terlebih dahulu sebelum dilipat dan disimpan. Misalnya dengan menggantungnya dengan gantungan baju. Karena pada kondisi basah, air atau basah yang terjebak akan menyebabkan permukaan jas hujan lengket dan menyulitkan pada saat dibuka nanti.

     2. Saat mencuci jas hujan, hindari penggunaan detergen atau sikat karena kandungan kimia dalam detergen sangat keras akan menyebabkan kerusakan pada bahan jas hujan tersebut. Jika ingin menggunakan sabun sebaiknya dengan sabun mandi atau sabun pencuci piring saja. Lebih baik menggunakan air dan lap basah saja.


     3. Hindari menjemur jas hujan di tempat yang terkena panas sinar matahari langsung.

     4. Sebisa mungkin hindarilah melipat jas hujan tepat di bagian sambungannya. Ha ini supaya sambungannya tetap awet. [/B]

mesteri g.gede pangrango

MISTERI GUNUNG GEDE

Kadangkala pendaki yang berada dikawasan alun-alun Suryakencana, akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Suryakencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana.
Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl yang berada disebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. Suryakencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu: Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi.

Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.
Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.
Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.
Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.

Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.